February,

Kapan Nikah? Kapan Kawin?

1:27:00 AM feimiwijaya 0 Comments


It’s February already!

Who doesn’t love the most romantic month of the year?

On every 14th February, most couples are celebrating Valentine’s Day . 

Buat yang lagi deket-deketnya sama seseorang, pasti berharap ‘ditembak’ sama sang gebetan. Yang udah punya pacar, berharap dilamar *maunya*.

Apalagi buat sebagian orang yang boleh dibilang memasuki usia “quarter life crisis”. Menginjak usia ke dua puluh lima, apalagi buat seorang perempuan, pacar masih belum punya, tiap minggu ada aja kondangan ke nikahan teman, pressure dari lingkungan sekitar, bikin kita makin pusing tujuh keliling untuk berpikir yang namanya urusan Pernikahan.

Since I just getting married a few months ago, in the very young age (below 25), banyak teman-teman yang melontarkan pertanyaan seperti ini:

“Yakin udah siap?”

“Yakin dia yang terakhir?”

“Yakin dia orang yang tepat?”

“Gimana sih caranya tau that he is the one?”

Banyak banget pertanyaan yang seperti demikian dilontarkan oleh teman-teman sebaya, apalagi ketika membagi undangan. Jujur, saya juga sempat kebingungan menjawabnya. Apalagi, based on true story, banyak teman-teman yang sedang merencanakan pernikahan, kemudian putus di tengah jalan.  Banyak teman yang bilang itu pre-marriage syndrome. Itu wajar banget sih ternyata, dan saya juga pernah mengalami itu, ketika beberapa minggu menjelang D-Day, rasa galau itu timbul, rasa ragu juga turut bermunculan, dan ketakutan bagaimana kehidupan setelah menikah.

Menanggapi pertanyaan teman-teman soal keyakinan sudah siap, dan lain sebagainya, saya selalu berusaha menjawab, “mudah-mudahan siap dan semoga dia yang terbaik buat saya”. Ketika menjalin hubungan, dengan seseorang, muaranya adalah kalau tidak menikah ya putus. Semua cuma soal the matter of time. Udah ngerasa cocok, tapi menunda-nunda pernikahan, ya buat apa juga? Kalau memang ujung-ujungnya toh mau sama dia juga. Banyak yang bilang, belum siap menikah karena belum mapan. Tapi kenyataannya adalah, ketika kamu sudah mapan, apalagi khususnya perempuan, mungkin lebih susah lagi mencari jodoh karena mostly lelaki yang sepantaran maunya mencari yang jauh lebih muda lagi. Selain itu, kriteria kita juga pasti akan semakin tinggi ketika umur kita bertambah. Mungkin mindset nya harus diubah, “menikah harus supaya mapan, bukan menunggu mapan”.


Pertanyaan berikutnya adalah bagaimana mengetahui bahwa dia adalah orang yang paling tepat buatmu. Jujur, waktu itu saya sempat tertegun dan berpikir, “benar ga sih ini pacar yang terakhir?”. Mungkin ini sulit ya menjawabnya, tapi 1 cara yang saya bisa sarankan adalah just follow your heart, because your heart knows everything.  Kalau kamu yakin dan percaya, kamu nyaman dengan dia, bisa diajak berkomunikasi, bertukar pikiran, percayalah bahwa dia adalah teman terbaik untuk hidupmu selamanya. Karena kecantikan dan kegantengan itu akan pudar seiring dengan berjalannya waktu, tapi karakter, akan menetap selamanya di diri seseorang. Jadi, jangan memutuskan untuk menikah hanya karena dia ganteng atau cantik saja. 

Last but not least, ada orang yang ketika di challenge oleh temannya, jadi makin bingung mau nikah atau tidak, karena nanti takut tidak bisa hangout lagi bareng teman-temannya, tidak bisa ngobrol soal anak muda lagi, dan lain sebagainya. In my opinion, semuanya itu balik lagi ke tujuan awal. Kamu masih mau having fun sama teman-teman, atau sudah siap untuk berkomitmen? Kalau kamu masih punya pemikiran untuk meraih sesuatu cita-cita terlebih dahulu sebelum kamu menikah (misalnya S2), ya just go through it. Jangan sampai kamu menikah karena teman-temanmu sudah nikah, atau karena lingkungan mu yang menginginkanmu untuk menikah. 

Menikah bukan soal mewahnya pesta pernikahan, berapa jumlah tamu yang datang, uang yang dihabiskan di hari pernikahan, tapi pernikahan adalah penyatuan dua insan, seumur hidup. Ingat, no turning back ya. One until you die.

Mengutip perjanjian pernikahan di gereja, kira-kira begini bunyinya:

"I _____, take you ______, to be my wedded wife/husband. To have and to hold, from this day forward, for better, for worse, for richer, for poorer, in sickness or in health, to love and to cherish 'till death do us part. And hereto I pledge you my faithfulness."

See? Betapa sacral nya kata-kata itu, apalagi ketika diucapkan di depan Altar.

Percayalah, jika kamu berdoa, meminta yang terbaik, pasti kamu akan diberikan-Nya yang terbaik pula.

So, coba deh telisik lagi niatanmu untuk nikah, sudah siapkah kamu untuk berkomitmen seumur hidup?

Semoga ga galau lagi ya yang mau nikah, dan semoga segera menemukan tambatan hatinya :)

Cheers,

Feimi Wijaya

You Might Also Like

0 comments: